XIII. Insiden Tetangga (2)

Hari ini hari Minggu, hari bersantai bagi para siswa yang hari-harinya dipenuhi oleh kegiatan sekolah, begitu pula Killa. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10 pagi, namun ia masih betah bergulung dalam selimutnya yang nyaman. Sampai akhirnya ketenangan itu terusik saat ada seseorang yang menggedor-gedor pintu kamarnya.


“Berisiiiik!” kata Killa yang tidurnya terganggu dengan suara ketukan pintu yang terlalu kencang itu. Ia mencoba menghiraukan suara ketukan itu dan kembali tidur, namun bukannya berhenti, suaranya malah semakin kencang. Akhirnya dengan perasaan dongkol ia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

 

“Papi? Kenapa sih? Ini tuh hari sabtu, WKB” kata Killa begitu wajah papinya yang ia lihat saat pintu terbuka.

 

“Apaan WKB?” Tanya papinya bingung

 

“Waktunya Killa Bersantai.” Jawab Killa dengan nada guyon.

 

“Ada-ada aja kamu kil, anak gadis mana jam segini baru bangun? Udah, bantuin Papi bersih-bersih rumah. Besok Mami pulang.” Kata papinya sambil menggelengkan kepala.

 

“Loh, bi Aya gaada emangnya? Killa masih ngantuk banget.” Killa bertanya dengan mata yang setengah terpejam dan tubuh yang bersandar di kusen pintu.

 

Biasanya saat pagi akan ada bi Aya yang akan membersihkan rumah dan menyiapkan makanan bagi keluarga Arbani, kemudian pulang saat sore tiba. Kalaupun bi Aya tidak masuk, masih ada ibunya yang membersihkan rumah dan memasak di keluarga mereka, yah meskipun sambil mengomel tiada henti.

 

“Ga ada, bi Aya ga masuk hari ini. Udah ayo bantuin Papi, daripada nanti kita berdua yang kena omelan Mami.” Balas papinya sambil berlalu.

“Iya iya.” Akhirnya Killa pun mengalah dan mulai membersihkan rumah.

 

 

***

 

 

“Haduh, Killa kamu yang bener dong nyapunya, ini masih ada rambut kamu nih di sini”


“Killa, rak buku belum kamu lap? Kamu kan tahu mami kamu itu gak suka rak bukunya kotor.”


“Killa kamu-‘


Arrgh, rasanya Killa ingin berteriak saja. Sejak tadi papinya selalu saja mengomentari pekerjaannya. Kurang inilah, kurang itulah, dan bukannya membantu, dia malah bersantai duduk di sofa melihatnya membersihkan rumah sambil menyeruput kopi hitam. Karena kesal dengan papinya, setelah selesai membersihkan rumah, Killa langsung mengambil sepeda di garasi dan menjauh dari rumahnya.

 

‘Keburu papi sadar, nanti gue disuruh ini-itu lagi.’


Killa menggoes sepedanya menyusuri jalan kompleks perumahan yang ia tinggali. Sejak bangun tadi ia belum sempat mandi dan sarapan, hanya mencuci muka agar tidak mengantuk, kemudian langsung membersihkan rumah.


Akhirnya Killa memutuskan untuk pergi ke taman. Hari minggu pagi seperti ini biasanya taman akan dipenuhi orang yang sedang jogging ataupun senam, karenanya tempat itu pasti langsung diserbu oleh para pedagang yang menjajakan dagangannya.

 

Saat killa menggoes sepedanya dengan kecepatan normal, tiba-tiba saja ada seseorang yang juga mengenakan sepeda dan menyalip sepedanya dengan kecepatan tinggi sehingga membuatnya kaget.

 

Astaghfirullahaladzhim!” kata Killa dan reflek menekan rem tangan.

 

Orang itu kemudian menoleh dan tersenyum menyebalkan ke arahnya, lalu kembai melajukan sepeda dengan santainya. Killa masih menatap ke orang itu dengan tatapan bingungnya.

 

‘Tuh orang ada masalah apa anjir sama gue? Perasaan gue ga ada musuh, ga aneh-aneh juga. Ih nyebelin! Apa ini karma gara-gara gue kesel sama papi? Tapi kok instan banget sih?’ tanyanya dalam hati.

 

‘Tunggu dulu, itu bukannya mas-mas yang ngeliatin gue nyanyi waktu itu?  Bodo amat lah, mending gue cari makan.’ Killa pun pasrah dan melajukan kembali sepedanya, mencari sarapan.

 

 

***

 

 

Bel masuk masih lama berdering, membuat banyak murid masih betah untuk berada di kantin dan membuat suasana menjadi semakin ramai.

 

Saat ini Killa duduk berdua dengan Sandra di kantin. Laura sedang sibuk dengan lukisannya di ruang seni, sehingga mereka hanya berdua saja. Belakangan ini Killa perhatikan Laura juga menjadi lebih pendiam sejak terakhir mereka bertemu, ada apa sebenarnya?

 

“Eh Kil, masih lama ya lo?” Kata Sandra tiba-tiba.

 

Lamunan Killa pun terhenti. Ia lalu melihat ke arah piring serta gelas Sandra yang sudah tandas isinya, lalu ke arah Sandra yang memegangi perutnya.


“Iya, masih banyak ini makanannya.” Jawab Killa.


“Gue ke toilet bentar ya, kebelet gue.”Kata Sandra lagi dengan suara yang lebih pelan.


“Dih, yaudin cepet, keluar disini lagi lo nanti.” Balas Killa yang membuat Sadra segera menuju ke toilet dan menuntaskan urusannya.

 

Killa pun lanjut memakan ketoprak yang baru dia makan setengahnya. Saat sedang fokus dengan makanannya, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan langsung duduk di depannya.

 

“Sendirian aja Kil?” tanya orang itu.

 

Saat dilihat, ternyata orang itu adalah Hakim, yang sampai sekarang masih membuatnya kesal. Tapi, sedang apa dia di sini? Bukannya dia anak IPS? Dia tidak salah kantin kan?

 

“Loh, ngapain lo disini?” Tanya balik Killa yang tidak paham kenapa pria itu bisa ada di kantin MIPA.

 

“Orang nanya bukannya dijawab malah ditanya balik. Emang ga boleh gue makan di sini?”

 

“Ini kantin MIPA lah, bukan kantin IPS.” Jawab Killa ketus.

 

“Sok jutek, padahal stalking gue, ngelike postingannya juga lagi.”

 

“Hah? Lo ngomong apaan si?” Tanya Killa bingung.

 

“Pura-pura gatau.”

 

‘Apaan sih ni orang? Gaje banget.’ Kata Killa masih belum mengerti dengan situasinya dan kembali makan.

 

Btw, biasanya lo bareng temen-temen lo?” Tanya Hakim berusaha mencari pembahasan.

 

“Lagi ada urusan.” Jawab Killa singkat.

 

“Tadinya gue kira, lo itu tipe cewek yang kalo makan itu jaim Kil.” Lagi, ia masih belum jera diberi tanggapan dingin oleh Killa.

 

Killa pun hanya mennggapinya dengantatapan yang seakan menyiratkan makna 'maksud lo?'

 

“Iya, makannya dikit, jaga berat badan, terus harus lengkap pake sendok garpu.”

 

“Garing lo.” Kata killa cuek, namun sebenarnya mengomel dalam hati.

 

‘Kan gue emang gitu kalo makan? Lagian emangnya kenapa lah? Suka-suka gue!’ Sambat Killa dalam hati.

 

“Lah, emang ga lagi becanda gue.” Balas Hakim sambil terkekeh pelan.

 

“Udah baca surat dari gue?” 

 

“Apaan si?”

 

“Surat, yang gue titipin ke temen kelasan lo.”

 

“Aneh banget si lo. Ini tuh tahun 2018, ada yang namanya teknologi chat. Mau lewat sms, wa, line, kakao, dll. Masih jaman gitu pake surat?” Kata Killa panjang lebar sambil memasang wajah judes.

 

“Ya lo kan ga mau ngasih nomor lo ke gue,” Jawab Hakim agak kaget dengan respon Killa.

 

‘Lah gimana si ni orang? Harusnya kan usaha dong, minta ke temen gue kek, apa kek, kalo cuma diem aja mah kapan deketnya?’ Kata Killa dalam hati, sebal dengan cara Hakim mendekatinya.

 

‘Yah, bukan berarti gue mau deket juga sih.’ Ucap Killa lagi, tidak mau disangka berharap lebih.

 

“Gue ga mau tau nomor lo dari orang lain.” Kata Hakim seolah mendengar kalimat yang Killa ucapkan dalam hati itu.


'Kenapa?' Killa bertanya-tanya dalam hati, yang sejujurnya terlihat jelas dari ekspresinya.


“Ya ga suka aja. Lagian kalo lo sendiri yang ngasih nomor lo ke gue, berarti apa yang gue lakuin ga sia-sia kan?”

 

“Maksudnya?”

 

“Ya, berarti lo udah ngizinin gue buat kenal lebih jauh sama lo.”


'Apaan sih ni orang? Cringe, tapi kok lucu juga' Kata Killa dalam hati berusaha menutupi senyum yang perlahan terbit di bibirnya dan bersikap biasa.

 

“Gue balik dulu kalo gitu, bentar lagi masuk. Bye Killa.” Pamitnya sambil mengacak rambut Killa.

 

Killa pun speechless di tempat. Dari pengalaman pacarannya, hingga kini belum ada yang pernah mengacak-acak pelan rambutnya seperti tadi. Setiap kali melihat adegan ini di drama, ia pasti mencak-mencak sendiri karena terlihat sangat cheezy. Tapi setelah merasakannya sendiri, kenapa-

 

“Woi, Kil, kesambet lo? Ngapain bengong mulu dari tadi?” Kata Sandra yang baru kembali dari kamar mandi.


“Hah? Gimana?” Kata Killa yang masih bingung.


“Ishh, udah selesai makan kan? balik kelas yuk.” Kata Sandra yang malas membahas hal tadi.

 

 

***

 

 

‘Penasaran juga jadinya sama surat itu. baca aja kali ya?’ Tanya Killa dalam hati begitu mereka sampai di kelas.

 

Dilihatnya Sandra yang duduk di depannya, Sandra terlihat sedang sibuk dengan handphonenya, bergeser sedikit ke sebelah Sandra, Laura juga belum kembali, jadi situasinya aman.

 

Hai, Killa.

Cuma mau bilang, yang waktu di angkot itu, gue serius.

Setau gue sih, lo ga keliatan deket sama cowok manapun, jadi gapapa dong?

Gapapa kan?

Gapapa aja deh,

hehehe

Btw, thanks likenya. Cieee ketauan stalking.

 

‘Apaan sih ni cowok, kebanyakan nonton Dolan 1998 nih pasti.’ Pikir  Killa yang agak geli dengan isi dari surat itu.

 

“Eh Kil, kenapa lo senyum-senyum gitu?” tanya Sandra yang ternyata sedang menghadap ke arahnya, ia pun segera menyembunyikan surat dari Hakim di kolong meja.

 

“Katarak lo, mana ada gue senyum-senyum sendiri.” Jawab Killa dengan nada suara tinggi seakan menunjukkan tidak ada yang disembunyikan, namun malah membuat Sandra semakin curiga karena dia terlihat seperti salah tingkah.

 

“Lo yang ga bisa liat, gue pake kacamata, jelas gue miopi bukan katarak.” Balas Sandra tidak kalah sewotnya.

 

“Serah lo deh, gue rasa minus lo nambah si can.” Kekeuh Killa yang berpura-pura sibuk dengan buku teks di depannya.

 

“Sembarangan lo.”

 

“Akhirnya lo kasih? Nomor lo?” Tanya Sandra setelah jeda beberapa menit.

 

“Enggak kok.” Jawab Killa.

 

“Lah, gue kira udah deket lo sama dia.”

 

“Kenapa lo mikir gitu?” Jawab Killa bingung dengan pendapat Sandra, sejak kapan dirinya terlihat dekat dengan cowok itu?

 

“Ya abisnya, lo tiba-tiba nge-like postingan dia, kan gue jadi berasumsi kalo kalian udah deket.” Jawab Sandra santai.

 

“Tar dulu deh, ini maksudnya nge-like apaan si?” Killa terlihat bingung dengan situasi saat ini? Saat di kantin juga Hakim membahas soal like dan postingan, apa maksudnya?

 

“Postingan dia di og lah, ada kok di notif gue.” Jawab Sandra sambil memperlihatkan layar handphonenya yang menampilkan notifikasi di salah satu media sosialnya.

 

“Hah?” Killa kaget dan bingung, seingatnya dia tidak pernah meninggalkan like di postingan cowok bar-bar itu, tapi mengapa di layar handphone Sandra, namanya terpampang jelas telah memberi like pada salah satu postingan Hakim?

 

‘Anjiirrr, kok bisa sih? Kepencet apa ya? Kok gue bisa gak sadar?’ Kata Killa menggerutu dalam hatinya.

 

“Jadi itu ga sengaja kepencet?” Tanya Sandra setelah Killa menjelaskan kronologi kejadiannya saat itu.

 

“Iya lah, masa iya gue ngelike postingan dia sih? Siapa dia?” Jawab Killa sewot.

 

“Gausah ngegas dong.” Kata Sandra sinis sambil berbalik ke depan.

 

“Ga ngegas, Cuma meng-kla-ri-fi-ka-si.” Sahut Killa dengan menyebalkan

 

“Terserah.”

 

“Loh, lama banget sih Ra?” Tanya Killa mengalihkan pembicaraan saat melihat Laura yang baru saja tiba di kelasnya.

 

“Iya nih Kil.” Jawab Laura tenang.

 

Laura kemudian duduk di bangkunya di samping Sandra dan megeluarkan alat tulisnya.

 

“Jangan sampai kecapekan ya Ra, nanti sakit lagi.” Kata Killa menasehati.

 

“Sip.” Jawab Laura lagi sambil mengangkat ibu jarinya.

 

“Iya Ra, jangan terlalu diforsir.” Sahut Sandra yang dibalas senyuman Laura.

 

Kemudian setelah itu Killa kembali menghadap papan tulis, merutuki kebodohannya dalam hati dan menyumpahi Hakim yang sekarang sedang belajar di kelasnya. Setelah selesai, ia pun menyadari sesuatu. Ini hanya perasaannya saja atau memang kedua orang didepannya terlihat berbeda?

 

TBC

Komentar