VIII. Insiden Angkot
"Ki,
lu yakin gak mau bareng gue sama Sandi?" Kata Sandra.
"Iya,
gue sendiri aja." 'Yang ada gue jadi obat nyamuk kalo bareng mereka.' Kata
Killa dalam hati.
Ya,
Sandra memang menerima pernyataan cinta Sandi. Sandi sudah 98 kali menyatakan
cintanya kepada Sandra, dan 98 kali juga ditolak. Akhirnya Sandra menerimanya
pada pernyataan ke-99 kali.
"San, gue suka sama lo. Mau ga jadi pacar
gue?" Teriak Sandi di tengah lapangan SMA Duta Bestari.
Sandra yang berada di lantai tiga pun melihat ke arah
lapangan sebelum menghiraukan pernyataan cinta itu. Killa yang saat itu menemaninya
pun mendekat ke arah Sandra.
"Can, lo terima aja kali, kasian tuh."
"Gue gak mau!"
"Can, lagian kayaknya dia gak bakalan berhenti
sebelum lo nerima dia."
Sandra yang membenarkan ucapan Killa barusan pun turun
ke lapangan dan menghampiri seniornya itu.
"Lo itu budeg apa gimana sih? Gue udah nolak lo
98 kali ya!"
"Gue gak akan nyerah, San."
"Oke, karena 99 adalah angka kesukaan gue, gue
setuju jadi pacar lo."
Sesimple itu Sandra menerima Sandi. Yah, kadang Killa
kasihan dengan seniornya itu.
"Yaudah,
duluan ya."Kata Sandra sambil berlalu.
"Iyo."
"Gue
pesen GoBike aja lah, daripada naik angkot." Killa pun mengambil handphonenya dan membuka aplikasi ojek online itu. Tiba-tiba handphonenya mati karena kehabisan daya.
"Yaelah,
hp gue lowbatt lagi. Alamat naik
angkot ini mah." Killa bergumam sambil berjalan ke arah gerbang sekolah.
"Kenapa
Ki?" Sakira datang menghampiri Killa yang saat itu sedang sendirian.
"Eh
Sakira, ini hp gue lowbatt. Padahal gue mau pesan GoBike."
"Yaudah,
bareng gue aja naik angkot." Sakira menawarkannya sambil tersenyum.
"Yaudah
deh." Kata Killa sambil tersenyum
'Daripada sendiri kan. Kalau tahu begini tadi gue
bareng Sandra aja!'
***
Mereka
berdua pun memasuki angkot yang saat itu berhenti. Saat masuk, ada dua cowok
yang berbisik-bisik sambil melihat ke arah Killa. Mereka terlihat mengenakan
seragam SMA Killa, tetapi warnanya berbeda.
'Anak IPS ya?' Kata
Killa dalam hatinya.
"Eh
Ki, lu temenan sama Sandra kan?" Tanya Sakira sambil melihat ke arah
Killa.
"Bukan,
dia sahabatan sama gue. Kenapa?" Tanya Killa balik sambil memutar kedua
bola matanya.
"Nggak,
gue cuma bingung aja. Kok dia nerima kak Sandi ya? Padahal kan udah 98 kali dia
nolak kak Sandi." Kata Sakira sambil tersenyum sinis.
'Terus maksud dia ngomong kayak gini ke gue itu apa?
Mau cari sekutu buat jatuhin Sandra?'
"Maksud
lo apa ngomong kayak gini ke gue?" Tanya Killa to the point kepada Sakira.
"Ya
gue mau tahu aja pendapat lo tentang Sandra. Muna banget kan dia? Kayaknya dia
cuma main-main deh, sama perasaan kak Raden." Kata Sakira di depan Killa.
'Ni cewek gak punya kaca kali ya?'
"Sak,
kalau lu mau tahu kebenarannya, lu tanya sendiri sama Sandra. Jangan lu tanya
sama gue, gue bukan Sandra. Dan, kalau lu mau cari teman buat nyebarin gosip
murahan kayak gitu, bukan gue orangnya." Kata Killa sambil menatap tajam
Sakira.
"Yaelah
Ki, gue kan cuma bercanda. Gausah dibawa serius gitu kali." Balas Sakira
lalu tertawa guyon.
'Kok muak ya?'
"Lu
seharusnya tahu kan, gue sahabatnya Sandra, gak seharusnya lu ngomong kayak
gitu ke gue."
"Ya,
sorry gue gak bermaksud kok." Sakira terus mengelak dari tuduhan Killa.
Sementara
mereka bicara, kedua cowok itu masih melihat ke arah Killa sambil berbisik.
Killa yang menyadari itu pun melirik mereka dengan tatapan tajam.
'Ini lagi, cowok kok ngegosip. Sambil ngeliatin gue
lagi.'
'Baru pertama ngeliat orang cantik kali ya?'
Tak
lama kemudian, mereka sampai di depan pagar perumahan Killa. Setelah membayar
jasa angkot, Killa pun pamit kepada Sakira. Yah, bagaimanapun mereka naik
angkot bersama.
"Sak,
gue duluan ya." Pamit Killa sedikit malas.
"Iya
Ki."
***
"Gimana
kemarin sama kak Sandi?"
"Ciee
Cancan gue sekarang udah pacaran ."
"Cie
Sandra"
"Berisik
tau gak lo berdua?" Balas Sandra setengah membentak.
Saat
mereka sedang membahas tentang Sandi dan Sandra, tiba-tiba Sakira datang dan
langsung duduk di samping bangku Killa yang memang penghuninya sedang izin
karena sakit.
"Ki,
lo inget ga cowok yang waktu itu ketemu kita di angkot?" Tanya Sakira
kepada Killa.
'Dih, ni orang ngapain lagi kesini? Gak malu kali ya
udah ngomongin sahabat gue?' Dumel Killa dalam hati.
"Inget,
kenapa?" Jawab Killa dengan malas.
"Jadi
gini, pas lu keluar dari angkot itu mereka ngomongin lo
ki." Kata Sakira dengan suara yang dilebih-lebihkan.
"Ngomongin
gimana ni maksudnya? Mereka ngegosipin gue?"
'Kayak lu?'
Sindir Killa dalam hati.
"Gak
jelas, yang begini kok digosipin." Kata Sandra sambil menatap remeh ke
arah Killa.
"Heh
Can, meskipun begini gue itu populer tau!" Bela Killa sambil membanggakan
diri
"Udah,
jadi gini Ki..."
Saat Killa turun dari angkot, kedua cowok itu pun
masih berbicara sambil melihat ke arah Killa. Hanya saja, kali ini suara mereka
normal dan tidak berbisik-bisik.
"Cantik juga ya tu cewek." Kata seorang cowok yang duduk di
pojok belakang angkot.
"Siapa?" Tanya teman di sebelahnya.
"Itu yang barusan turun." Jawab cowok itu.
"Lu suka sama dia?" Temannya bertanya sambil
mengerutkan keningnya.
"... Maybe?"
"Gitu.
Jadi, orang itu kayaknya suka deh sama lu"
"What the..."
"Morning students." Tiba-tiba Miss
Arina datang dan menyapa murid di kelas.
"Morning ma'am." Jawab semua murid
XI IPA 2.
"Elah,
ganggu aja Miss Arin." Gumam
Killa.
"Gausah
berisik. Mau lo disuruh ngerjain soal lagi?" Seru Sandra sambil mengingat
kejadian saat kelas Matematika.
"Ya
gak lah."
"Nice."
"Now, we have to..." Lanjut Miss
Arin memulai kelas pagi ini.
'Siapa
ya tu cowok? Jadi penasaran.' Kata Killa. Dalam hati tentunya.
KRINGG...
Bel
tanda istirahat pun berbunyi tepat ketika Killa hampir pingsan mendengar
penjelasan Miss Arin.
"Okay class, see you next time."
"See you Miss, thank you."
"Pusing
gue denger penjelasan dia, kita itu kan WNI, kenapa coba harus belajar Bahasa
Inggris?" Kata Killa sambil menaruh kepalanya di meja.
"Ngeluh
mulu kapan bisanya coba?" Kata Sandra mengejek Killa.
"Sensi
banget deh kayaknya sama gue?" Tanya Killa jengkel. Dia sedang badmood
sekarang dan sahabatnya malah mengejeknya?
"Persaingan
makin ketat, seenggaknya lo harus punya keunggulan kan supaya bisa
menang?" Jawab Sandra santai.
"Iya,
Bu Sandra Teguh."
"Bodo
amat Sikil."
Mungkin
banyak yang heran dengan persahabatan mereka. Bagaimana bisa Killa dan Sandra
yang lebih sering saling mengejek ini bisa bertemu dan bersahabat?
Wajar
bila Killa bersahabat dengan Laura, atau Sandra yang bersahabat dengan Laura,
karena Laura orangnya memang pendiam dan cenderung seperti ibu bagi mereka.
Tapi bagaimanapun juga, persahabatan mereka tidak bisa dianggap remeh.
Contohnya
seperti saat Killa membela Sandra di angkot. Itu sudah membuktikan bahwa di
setiap kata-kata kasar yang mereka ucapkan tidak bermaksud untuk menyinggung
ataupun meretakkan hubungan mereka. Sifat mereka yang blak-blakan justru membuat mereka saling mengerti dan memahami satu sama lain.
"Tapi
gue masih penasaran sama cowok yang ngomongin gue di angkot."
"Ngenes
banget si lo? Sekalinya ada yang suka, malah cowok angkot" sindir Sandra.
"Maaf
ya, gue gak secantik lo yang bisa diincer senior cogan sekelas kak Elvan dan
kak Sandi." Balas Killa.
"Udahlah,
kalian berantem mulu deh. Sandra juga, ngapain sih bikin Killa badmood
terus?" Laura mencoba melerai sahabatnya.
"Gabut
aja si." Jawab Sandra.
"Sono
lu, mentang-mentang udah ga jombs lagi." Usir Killa merasa tersinggung
dengan ucapan Sandra.
"Tolong
kepada saudari Sikil gausah iri."Balas Sandra.
"Udah
dong berantemnya. Sandra, kak Sandi udah nungguin tuh." Kata Laura sambil
menunjuk ke arah Sandi yang berada di luar kelas.
"Gue
duluan ke kantin ya. Eh Sikil, gausah ngambek gitu deh. Lu jadi semakin
mengeluarkan aroma sikil tau ga?" Seru Sandra sambil berlalu.
"Bebas
yang udah taken mah bebas." Kata
Killa setengah berteriak.
"Killa,
lo tahu kan ka-" Belum selesai Laura berbicara, Killa sudah menyelanya.
"Gak,
gue manusia bukan tahu." Sela Killa.
"Maksud
gue lo tahu kan kalau Sandra gak serius sama ucapannya." Ucap Laura
melanjutkan.
"Udah
biasa gue mah dianiaya sama Sandra." Sahut Killa.
"Kal-"
"Killa,
gue mau ngasih tau aja, cowok yang suka sama lo itu, Lukas Hakim dari kelas XI
IPS 1." Kata Sakira kemudian berlalu ke luar kelas.
"Hakim?"
Gumam Killa. Dia merasa familiar dengan nama itu.
TBC
Komentar
Posting Komentar