VI. Insiden dan Cokelat
"Eh,
itu ada apaan sih? Kok pada ngumpul gitu ya?" Tanya Killa yang saat itu
sedang buru-buru masuk ke kelas. Karena rasa penasarannya yang terlalu tinggi,
akhirnya Killa pun mendekati kerumunan tersebut.
"Permisi,
gue mau lihat juga. Permisi kak, ngalah sama yang pendek." Setelah
berhasil memasuki kerumunan, dia pun terkejut melihat apa yang terjadi.
"Kak
Raden?" Bisiknya.
'Waduh, ini Sandra harus tahu nih!' Katanya dalam hati. Dia pun keluar dari kerumunan dan berlari kearah
kelasnya.
"Can,
Cecann" Teriaknya dari pintu kelas.
"Apaan
sih lo Sikil? Berisik banget" Jawab Sandra kesal melihat sahabatnya
bertingkah konyol seperti itu.
"Iya
Kil, masih pagi udah teriak-teriak. Untung Bu Indah ada rapat, jadi kamu gak
kena ceramahnya dia." Tambah Laura dengan raut bingung.
"Ini
urgent! Urgent!" Kata Killa dengan nafas yang masih memburu karena
berlari sepanjang koridor.
"Urgent apanya?" Tanya Laura sambil
membaca bukunya.
"Kak
Raden"
"Bang
Raden? Kenapa Bang Raden?"
"Kak
Raden mukulin orang di lapangan."
"What?" Kata Sandra sambil berdiri
dari duduknya.
"Iya,
mending kita ke sana aja sekarang."
"Ayo."
***
"Ampun
kak, ampuunn." Kata seorang siswa yang sudah babak belur itu, sedangkan
yang dimaksud masih berdiri tegap dengan nafas memburu.
"Sekali
lagi lo gangguin adek gue, abis lo!" Katanya dengan tatapan yang tajam.
Raden
pun akan kembali menendang siswa itu sampai ada suara seseorang yang membuatnya
menghentikan perbuatannya.
"Stop. Udah bang, abang ngapain sih
mukulin dia?" Kata Sandra.
"Thalia?"
Bisik Raden sambil melihat Sandra.
"Kil,
Ra, tolong anterin Rian ke UKS ya." Pinta Sandra pada kedua sahabatnya.
Lantas ia pun mengajak Raden untuk berbicara di taman.
"Abang
ngapain sih, mukulin Rian kayak gitu?" Bentak Sandra kepada Raden yang
sedikit lebam di bagian mata dan sudut mulutnya robek.
"Dia
bikin kamu gak nyaman kan, Thal?" Jawab Raden sambil sedikit meringis
memegangi sudut bibirnya yang robek.
"Aku
gak merasa terganggu sama dia." Sahut Sandra yang kesal dengan jawaban
Raden. Kenapa kakaknya ini begitu kekanak-kanakan?.
"Gak
usah bohong, Thal. Dia selalu ngikutin kamu dan bikin kamu risih." Jawab
Raden disertai raut kesal terhadap siswa malang itu.
"Terus
urusannya sama abang apa?" Tanya Sandra dengan nada suara datar.
"Thal,
abang-" Belum selesai Raden berbicara, tiba-tiba Sandra memotong ucapannya
dengan kalimat yang membuat Raden kaget.
"Kenapa
baru sekarang abang peduli sama aku? Aku gak butuh bang, mulai sekarang tolong
jangan ikut campur urusan aku lagi." Kata Sandra dengan raut yang datar
sebelum kemudian pergi dari taman itu, menyisakan Raden sendiri.
"Thal,
Thalia" Panggil Raden
"Sandria
Nathalie!"
'Udah telat bang, semuanya udah terlalu basi.'
Sandra
terus berjalan, tidak memedulikan panggilan dari Raden, bahkan tidak
memedulikan matanya yang mulai berkaca-kaca. Ia hanya terus berjalan sepanjang
koridor hingga panggilan itu tidak terdengar lagi.
Kemudian
Sandra membuka ponselnya dan melihat sebuah chat masuk dari grup chat
sahabatnya.
Girls’ World Domination (3)
AqillaKilla
07.45
Can,
lo gapapa kan?
Chat
itu dari Killa yang saat ini tengah berada di ruang UKS. Sandra segera
membalasnya dengan singkat, seperti biasa. Sandra tidak ingin sahabatnya
khawatir.
Sandra_Nath
07.52
G
Laura Anggita
07.52
San,
kamu punya aku dan Killa. Kami akan selalu siap denger curhatan kamu.
Sandra
tersenyum dan merasa ingin menangis saat membaca chat mereka.
AqillaKilla
07.53
Iya
Can, kita ini sahabat kan?
Dan
tangis Sandra pun pecah pada saat itu.
***
"Sandra
dimana ya Ra?" Tanya Killa yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan
Sandra.
"Aku
juga gak tahu Kil," Jawab Laura sama khawatirnya.
"Jangan-jangan
dia nangis sendirian lagi, di koridor?" Killa mulai berpikiran aneh-aneh.
"Jangan
nethink gitu dong Kil, aku kan jadi
khawatir."
"Mudah-mudahan
aja dia gapapa."
"Amin."
"Eh
Kil, Ra, si Rian udah bangun tuh." Ujar Tania selesai mengobati Rian.
"Oke,
thanks ya Tan." Jawab Laura.
"Gue
tinggal dulu ya Kil, Ra."
"Iya
Tan." Mereka berdua pun menuju bangsal tempat Rian terbaring.
"Eh,
Rian. Lo kenapa bisa sampai dipukulin gitu sih, sama Kak
Raden?" Tanya Killa penasaran.
"Dia
nyuruh gue buat jauhin Sandra." Jawab Rian.
"Lah,
emang kamu ada apa sama Sandra?" Tanya Laura kaget, seingatnya Sandra
tidak pernah cerita memiliki hubungan dengan pria ini.
"Gue
sering dispen akhir-akhir ini, jadi gue mau ngejar materi nih buat UKK. Makanya
gue minta diajarin Sandra, karena yang lain gak ada yang paham satu pun tentang
materi itu.”
“Lah
terus? Kok bisa lo sampe dipukulin gitu sama Kak Raden?”
“Iya
itu, Sandra ga mau ngajarin gue, soalnya dia sibuk urusan pensi, les, sama
OSIS. Jadi, gue ngikutin Sandra terus bujuk dia sampe dia mau. Eh, malah
dipukulin Kak Raden karena disangka gangguin Sandra." Jelasnya sambil menahan
sakit di tubuhnya.
"Oh,
pantesan Kak Raden mukulin kamu Rian." Kata Laura sambil menatap prihatin
kepada Rian.
“Lagian
lu nya juga sih, maksa banget.” Sambung Killa.
"Ya
mana gue tahu Kak Raden itu kakaknya Sandra."
***
Sandra
masih menangis saat ini, dia butuh pelampiasan dari moodnya yang jelek. Dia butuh coklat, tapi tidak mungkin kan dia ke
kantin dengan tampang seperti ini? Meminta sahabatnya untuk membawakannya?
Sandra tidak ingin membuat keduanya khawatir dengan keadaannya.
Yang
bisa dia lakukan adalah menangis sendirian di koridor belakang perpustakaan
yang sepi dan terkenal angker, sampai air matanya berhenti mengalir. Dia yakin
disini tidak ada orang yang akan mendengar suaranya, jadi dia bisa puas
menangis di sini.
Yah,
setidaknya begitulah menurutnya, sampai kemudian ada seorang cowok yang
menghampirinya dan duduk di sebelahnya.
"Gue
kirain ada apaan, tahunya ada kucing lagi nangis disini?"
"Mau
apa lo? Gak suka gue disini?" Jawab Sandra ketus.
'Ni orang nyebelin banget sih, udah tau gue lagi
nangis pake diledekin segala.' Dumel Sandra dalam
hati.
"Gak
suka sama sekali. Lo itu berisik, ganggu tidur gue."
"Lo
itu bego apa tolol? Ini sekolah, tempat belajar bukan tidur!" Jawab Sandra
dengan ketus lagi.
Moodnya
benar-benar sedang kacau saat ini, terlebih tidak ada coklat yang menemaninya.
Itulah mengapa dia bersikap sangat menyebalkan di depan pria itu.
"Apa
bedanya sama lo? Sekolah itu tempat belajar, bukan nangis kayak orang gila
gini." Jawab cowok itu sambil tersenyum mengejek.
"Diem
lo!"
"Nih,
gue kasih coklat. Sekali-kali berbuat baik sama kucing yang lagi nangis."
Cowok itu pun menyodorkan satu bungkus coklat Ratu Silver kepada Sandra.
"Gue
bukan kucing! Ga butuh coklat dari lo!" Jelas sekali Sandra butuh coklat
itu untuk memperbaiki moodnya, tapi dia gengsi untuk menerima coklat
kesukaannya itu. Mau ditaruh dimana mukanya?
"Yakin
nih?" Tanya cowok itu memastikan.
"Y"
"Yah,
gue sih gak memaksa." Jawabnya lagi, kemudian membuka bungkus coklat
tersebut dan akan memakannya ketika Sandra membentak cowok tersebut.
"Niat
gak sih ngasih coklat ke gue?" Bentak Sandra melihat pria itu akan memakan
coklatnya.
"Tadi
katanya gak mau?"
"Kan
tadi!" 'Bomat lah sama gengsi, yang
penting makan.' Kata Sandra dalam hati
"Makanya
gausah gengsi, dasar cewek! Eh, kucing deng." Cowok itu masih menggoda
Sandra.
"Makan
yang banyak ya puss." Katanya sambil mengelus puncak kepala Sandra seperti
anak kucing.
"Gak
usah pegang-pegang kepala gue!" Bentak Sandra pelan.
"Ke
toilet sana, muka sama rambut acak-acakan banget,"
"Nanti"
"Lo
itu lebih cantik kalo digerai rambutnya, sekalian buat nutupin muka lo yang
lagi acak-acakan ini." Kata cowok itu sambil melepaskan ikatan rambut
Sandra hingga rambutnya tergerai dan merapikannya.
"..."
"Gue
ke kantin dulu kalo gitu." Kata cowok itu sambil berjalan ke arah kantin.
"Thanks..."
"Vanno."
TBC
Komentar
Posting Komentar